Minggu, 18 November 2018

Piala AFF 2018: 5 Pelajaran dari Kemenangan Indonesia vs Timor Leste


Timnas Indonesia berada dalam posisi yang tak bagus ketika menjamu Timor Leste di lanjutan Piala AFF 2018. Bermain di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta (13/11) malam kemarin, Skuat Garuda tampil kikuk sebelum akhirnya mampu meraih kemenangan.
Baik Indonesia maupun Timor Leste memang menyongsong laga kali ini dengan sama-sama kalah di laga pertama. Indonesia kalah 0-1 melawan Singapura, sementara Timor Leste dibantai 0-7 oleh Thailand.
Timor Leste sempat memberikan bayangan buruk kepada Indonesia setelah Rufino Gamma mencetak gol tiga menit setelah babak kedua berjalan. Gol itu mengejutkan para pemain Indonesia yang ketika itu tengah gencar mencecar pertahanan Timor Leste.
Namun, Indonesia mampu memenuhi harapan dan bangkit dengan membuat tiga gol balasan dari Alfath Fathier (61'), penalti Stefano Lilipaly (69') dan Alberto Goncalves (82').
Berikut lima pelajaran dari kemenangan 3-1 Indonesia atas Timor Leste.

1. Bima Sakti Tak Takut Perubahan

Setelah melihat timnya kalah di partai pembuka Grup B Piala AFF 2018 melawan Singapura, Jumat (9/11) lalu, pelatih Indonesia, Bima Sakti tidak ragu-ragu merombak timnya dengan membuat enam perubahan dalam starting XI-nya.
Meskipun tidak langsung tampak efek perubahan itu, Bima Sakit layak mendapatkan kredit karena menunjukkan bahwa dia siap mengubah keadaan bila sesuatunya tak bekerja dengan baik.
Secara khusus, keputusan Bima memainkan winger berpengalaman Andik Vermansah terbukti berbuah manis. Pemain asal Surabaya tersebut menjadi aktor atas gol penyama kedudukan dari Alfath sebelum membantu Indonesia unggul setelah memenangkan penalti yang mampu dieksekusi dengan baik oleh Stefano Lilipaly.

2. Riko Simanjuntak, Pengubah Situasi, Tapi?

Pemain sayap lincah milik Persija Jakarta, Riko Simanjuntak benar-benar mengubah jalannya pertandingan pada laga kedua Piala AFF 2018 melawan Timor Leste tersebut setelah dia masuk dari bangku cadangan.
Seperti yang dia lakukan melawan Singapura, kecepatan dan kemampuan mengecoh lawan benar-benar menjadi masalah bagi pertahanan Timor Leste. Riko pun mampu memberikan assist untuk gol yang dicetak Alberto Goncalves lewat umpan silangnya yang ia kirim setelah mengecoh dua pemain belakang lawan.
Seperti yang telah dia tunjukkan bersama Persija di level klub, Riko tak memiliki masalah untuk bermain selama 90 menit sehingga Bima Sakti harusnya bisa memainkannya sejak menit awal.
Tapi, apakah dia akan tetap mampu memberikan ancaman yang lebih dan menjadi game changer ketika bermain selama 90 menit? Itu adalah pertanyaan yang sejauh ini belum terjawab.

3. Timor Leste Punya Penyerang Yang Berbahaya

Timor Leste mungkin akan berjuang keras untuk menghentikan Singapura dan Filipina di sisa dua pertandingan mereka, karena bertahan jelas bukan keahlian mereka.
Namun, ketika Timor Leste menyerang, mereka tak boleh diremehkan.
Henrique Cruz memang sejauh ini belum kelihatan tajinya, namun dia mampu menunjukkan kualitas yang dimilikinya saat mengalahkan Brunei Darussalam di playoff yang menunjukkan bahwa dia tahu di mana gawang itu terletak. Sementara itu, Rufino menghasilkan salah satu gol terbaik di Piala AFF 2018 lewat sebuah tendangan voli fantastis dari tepi kotak penalti ke gawang Indonesia yang dijaga Andritany Ardhiyasa.

4. Lini Tengah Indonesia Kurang Kreativitas

Sudah menjadi rahasia umum, tim Merah-Putih dikenal sebagai tim yang mengandalkan kecepatan sayap-sayap mereka dengan pemain seperti Andik Vermansah, Febri Hariyadi, Riko Simanjuntak hingga Irfan Jaya. Tiga nama terakhir adalah generasi baru dari sayap timnas Indonesia.
Tapi, dibandingkan dengan tim seperti Thailand dan Vietnam yang memiliki para gelandang pemikir dan pemain yang mampu mengalirkan bola lebih ke depan untuk mengkreasi serangan atau mengeksekusinya langsung, Indonesia benar-benar tak memiliki pemain dengan atribut seperti itu, dan itu tampak semakin jelas ketika melawan Timor Leste.
Untuk semua hype yang ia dapatkan, Evan Dimas lebih sebagai sering bermain ke dalam dan kesulitan menjalankan tugasnya sebagai pengatur serangan di sepertiga terakhir area lawan.
Bila bertemu dengan tim seperti Thailand, Indonesia jelas tak lagi hanya mengandalkan sayap-sayap mereka untuk mengancam pertahanan lawan. Seorang playmaker yang bermain lebih ke depan harus segera ditemukan, atau mungkin mengubah gaya bermain?

. Akankah Indonesia Menyesali Hanya Punya Sedikit Penyerang?

Setelah menikmati waktunya mencetak gol demi gol di level klub bersama Persipura Jayapura, Arema dan juga Sriwijaya FC, pemain naturalisasi Alberto Goncalves bukanlah pilihan buruk untuk menjadi pemimpin serangan Indonesia.
Dia memiliki awal yang sulit di Piala AFF 2018, tetapi mampu mencetak gol lewat sundulan akurat ke gawang Timor Leste. Namun, dia juga tidak memanfaatkan sejumlah peluang emas dengan baik.
Namun ini memang menjadi dilema karena selain Beto, satu-satunya pilihan yang mencolok di lini depan Indonesia adalah Dedik Setiawan, penyerang yang sudah mencetak 9 gol untuk Arema di Liga 1. Namun jumlah itu bukanlah jumlah terbaik untuk penyerang di liga saat ini.
Memang masih ada nama Stefano Lilipaly yang dimainkan sebagai penyerang ketika Asian Games 2018 lalu. Namun, gaya bermain Lilipaly lebih cocok sebagai gelandang serang yang bermain di belakang penyerang utama. Jadi pertanyaannya adalah, bila Beto melempem, apakah Indonesia memiliki daya ledak yang cukup untuk mengarungi turnamen?.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bola Pelangi

Bola Pelangi

Patner Resmi