akan jadi edisi yang menarik. Tak hanya dari segi persaingan yang menjanjikan duel-duel seru menuju tangga juara, menyajikan aksi-aksi menawan dari deretan pesepak bola terbaik di Asia Tenggara, melainkan juga pertaruhan dari otak permainan alias pelatih akan mewarnai turnamen sepak bola paling elite di ASEAN ini.
Piala AFF 2018 bakal berbeda dari edisi sebelum-sebelumnya. Diprediksi, standar permainan tim-tim peserta bakal meningkat, terutama beberapa negara yang punya pelatih dengan nama besar di dunia sepak bola internasional.
Imbasnya, kualitas tontonan juga akan meningkat. Hal itu mengacu pada keberadaan pelatih-pelatih kelas dunia yang menangani kontestan Piala AFF 2018. Terbaru, tentu kepastian pelatih asal Swedia, Sven Goran-Eriksson, membesut Timnas Filipina.
Kabar itu jadi kejutan mengingat Timnas Filipina sejak Agustus lalu sudah dilatih Scott Cooper, yang juga pernah berstatus pelatih Mitra Kukar.
Nama besar Eriksson menyedot atensi publik. Mayoritas penasaran, seperti apakah racikan pelatih yang pernah membesut Timnas Inggris di Piala Dunia 2002 dan 2006 itu di Timnas Filipina. Mampukah ia mendongkrak performa The Azkals dan meraih titel juara Piala AFF pertama mereka?
Kehadiran Eriksson ke jagat sepak bola ASEAN juga diyakini bisa semakin menggairahkan pentas olahraga si kulit bundar di regional ini.
Hal itu lantaran sebelumnya, sepak bola ASEAN sudah kedatangan pelatih-pelatih mumpuni lain, yang khususnya, juga punya rekam jejak di Piala Dunia seperti Eriksson.
Bersama pelatih-pelatih lokal yang juga punya kualitas, keberadaan pelatih-pelatih jebolan Piala Dunia itu bisa membuat sepak bola di ASEAN tak lagi dipandang sebelah mata di level Asia atau bahkan dunia.
Nah, siapa pelatih di Piala AFF 2018 yang punya rekam jejak di Piala Dunia? Apakah mereka akan menorehkan kesuksesan di Piala AFF edisi kali ini, ataukah justru Bima Sakti maupun pelatih lokal lain yang berjaya?
Berikut ini empat pelatih jebolan Piala Dunia yang akan beradu taktik di Piala AFF 2018, plus ulasan singkat yang dirangkum Bola.com dari berbagai sumber.
Milovan Rajevac
Pelatih asal Serbia ini menjalin kerja sama dengan FAT sejak 26 April 2017 dengan masa kontrak selama satu tahun. Namun, pada 5 Februari 2018, kontraknya sebagai pelatih kepala Timnas Thailand diperpanjang hingga 2020.
Pelatih berusia 64 tahun ini merupakan pengganti Kiatisuk Senamuang, yang cukup sukses semasa menduduki kursi panas pelatih kepala.
Milovan cukup percaya diri melanjutkan apa yang sudah ditinggalkan Kiatisuk. Hal itu karena pengalamannya di dunia kepelatihan, memang jauh lebih panjang ketimbang legenda sepak bola Thailand itu.
Satu di antara yang menonjol dari karier melatih Milovan adalah keberhasilannya membawa Ghana hingga ke perempat final Piala Dunia 2010. Sulley Muntari dkk. bisa saja melaju ke semifinal seandainya tak kalah dalam adu penalti kontra Uruguay setelah bermain 1-1 di waktu normal hingga babak perpanjangan waktu.
Setelah membesut Ghana, Milovan tercatat pernah jadi pelatih Timnas Qatar dan Aljazair. Ia juga dianggap FAT cukup punya pengalaman dengan sepak bola Asia karena pernah pula melatih beberapa klub Asia seperti Beijing Guoan, Al-Sadd, dan Al Ahli.
Sebelum akhirnya menjatuhkan pilihan pada Milovan, FAT sebenarnya punya opsi lain, yakni Winfried Schaefer (Jerman) dan Marcos Paqueta (Brasil). Namun, dengan berbagai pertimbangan, termasuk soal permintaan gaji yang lebih masuk akal, FAT akhirnya menjatuhkan pilihan padanya.
Prestasi sejauh ini yang ditorehkan Milovan bersama Timnas Thailand adalah runner-up King's Cup 2018. Di Piala AFF 2018, Milovan optimistis bisa memenuhi target mempertahankan gelar juara, meski tim asuhannya tak diperkuat empat pemain bintang.
Park Hang-seo
Kesuksesan Timnas Korea Selatan menembus semifinal Piala Dunia 2002 masih membekas dalam kenangan pencinta the Taeguk Warriors hingga sekarang.
Ketika itu, Timnas Korea Selatan dilatih Guus Hiddink. Namun, ada satu sosok d tim kepelatihan yang ikut andil dalam kesuksesan sensasional itu. Dia adalah Park Hang-seo, sang asisten pelatih.
Park jadi satu di antara asisten pelatih Guus Hiddink di Pial Dunia 2002. Ia mengaku mendapatkan banyak pengalaman dari turnamen sepak bola terbesar di dunia itu, dalam hal karier kepelatihnya.
Selepas jadi asisten pelatih Hiddink, Park dipercaya jadi pelatih kepala Timnas Korsel U-23. Ia mampu mempersembahkan medali perak pada Asian Games 2002 Busan.
Setelah melatih beberapa klub di Liga Korsel, pada akhir September 2017 ia didapuk Federasi Sepak Bola Vietnam (VFF) menjadi pelatih kepala Timnas Vietnam senior dan U-23 menggantikan Nguyen Huu Thang yang mundur selepas kegagalan di SEA Games 2017.
VFF memang memiliki kedekatan dengan Asosasi Sepak Bola Korea Selatan (KFA) sehingga kedatangan Park cukup mulus. Dua prestasi langsung dipersembahkan Park saat ia belum genap setahun menukangi Vietnam, yakni jadi finalis Piala AFC U-23 2018 serta semifinalis Asian Games 2018.
Ia juga berkontribusi membawa Timnas Vietnam menduduki ranking FIFA tertinggi di antara negara ASEAN lain, yakni peringkat ke-102 (per 25 Oktober 2018).
Meski begitu, pelatih 58 tahun ini mengaku gugup jelang Piala AFF 2018. Park merasa belum cukup pengalaman di level ASEAN, khususnya dengan timnas senior, dan Piala AFF 2018 merupakan turnamen Piala AFF pertamanya.
Keisuke Honda
Federasi Sepak Bola Kamboja (FFC) membuat kejutan saat mengumumkan eks pemain Timnas Jepang, Keisuke Honda, sebagai pelatih Timnas Kamboja pada 12 Agustus 2018. Ia dikontrak selama dua tahun.
Jadi kejutan mengingat Honda belum berpengalaman melatih sebuah klub, namun kini ia mengemban tugas tak ringan di Timnas Kamboja. Belum lagi, ia belum gantung sepatu alias masih jadi pemain.
Musim ini Honda tercatat berkiprah di A-League (Liga Australia) bersama Melbourne Victory. Namun, semua itu tak mengurangi ketertarikan FFC untuk meningkatkan level sepak bola mereka bersama Honda.
Honda memang memiliki kedekatan dengan sepak bola Kamboja karena ia memiliki akademi sepak bola yang berdiri di Phnom Penh sejak dua tahun lalu, Soltilo Soccer Academy.
Tak hanya jadi pelatih, FFC juga menunjuk Keisuke Honda sebagai GM Timnas Kamboja. Belum lagi, sebelumnya, Honda sudah jadi Duta Budaya Kamboja.
Berbeda dengan Park Hang-seo, Milovan Rajevac, dan Sven Goran-Eriksson, Honda satu-satunya yang mendapat pengalaman dari Piala Dunia saat masih aktif bermain, bukan sebagai pelatih.
Pemain yang kini berusia 32 tahun ini merupakan pemain Jepang pertama yang tampil di tiga Piala Dunia, yakni edisi 2010, 2014, dan 2018. Ia menyatakan pensiun dari Timnas Jepang seusai Piala Dunia 2018.
Sejauh ini Timnas Kamboja belum mencatatkan kemenangan di bawah era Honda. Dari dua laga uji coba resmi yang dijalani jelang Piala AFF 2018, Kamboja baru sekali bermain imbang dan sisanya kalah.
Kabar menyebut, lantaran lisensinya yang dianggap kurang, tugas melatih Timnas Kamboja dipercayakan kepada pelatih asal Argentina, Felix Agustin Gonzalez Dalmas, sementara Honda akan membantu memberi masukan taktik dalam perannya sebagai GM.
Sven Goran-Eriksson
Tak bisa dimungkiri, Sven Goran-Eriksson menjadi nama paling populer di antara pelatih jebolan Piala Dunia di Piala AFF 2018. Ia jadi pelatih Timnas Inggris pada Piala Dunia 2002 dan 2006.
Setelah itu, pelatih berusia 70 tahun ini juga pernah melatih Timnas Meksiko dan Pantai Gading. Karier kepelatihannya di level klub bahkan lebih panjang. Sampdoria, Benfica, Lazio, AS Roma, Manchester City, dan Leicester City merupakan beberapa klub yang pernah dibesutnya.
Saat Federasi Sepak Bola Filipina (PFF) mengumumkan Eriksson sebagai pelatih kepala Timnas Filipina, Sabtu (27/10/2018), mereka mengungkap punya harapan besar pada sang pelatih untuk meningkatkan level permainan The Azkals.
Meski Timnas Filipina juga akan tampil di Piala Asia 2019, PFF menegaskan menjuarai Piala AFF 2018 menjadi target utama yang harus direalisasikan Eriksson.
PFF tak khawatir dengan mepetnya adaptasi Eriksson dengan Philip Younghusband dkk. PFF menilai pelatih asal Swedia itu sudah cukup mengenal atmosfer sepak bola Asia mengingat Eriksson selama empat tahun menghabiskan waktunya berkarier di China dengan melatih Guangzhou R&F, Shanghai SIPG, dan Shenzhen.
Eriksson dikontrak PFF selama enam bulan, dengan opsi perpanjangan selepas itu. Ia akan didampingi Scott Cooper, yang kini bertugas di area teknis Timnas Filipina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar